Selasa, 07 Oktober 2014

PENGERTIAN, SEJARAH DAN RUANG LINGKUP ULUMUL QUR'AN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

            Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dalam mengarahkan kehidupannya. Secara garis besar al-Qur’an mengandung ajaran tentang aqidah, syariah, dan akhlak. Untuk dapat mengenal, memahami, dan menafsirkan  al-Qur’an tidak hanya berbekal pengetahuan bahasa Arab, melainkan dibutuhkan berbagai ilmu yang relevan guna untuk mengungkap makna yang terkandung dalam al-Qur’an.
Tujuan Mahasiswa mempelajari Mata Kuliah Ulumul Qur’an adalah agar memiliki pengetahuan dasar tentang seluk beluk al-Qur’an sebagai sumber utama agama Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang dan cara al-Qur’an diwahyukan, penyampaian, pengumpulan, dan pembukuannya, serta memahami prinsip-prinsip dasar Ulumul Qur’an sebagai pedoman untuk mengkaji isi kandungan al-Qur’an secara keseluruhan.
            Berikut ini akan dibahas pengertian Ulumul Qur’an dan sejarah perkembangan Ulumul Qur’an sebagai sebuah metode yang lengkap dan menyeluruh untuk membuka pintu awal dari kedalaman kandungan al Qur’an.
 






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ulumul Qur’an
Kata ulumul Qur’an berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu “Ulum” dan al Qur’an. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata ‘ilmu. Yang berarti ilmu-ilmu. Al Qur’an adalah kitab suci umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Untuk menjadi pedoman umat manusia. Uangkapan Ulumul Qur’an telah menjadi nama bagi suatu disiplin ilmu dalam kajian Islam. Secara bahasa, ungkapan ini berarti ilmu-ilmu al Qur’an. Definisi Ulumul Qur’an secara istilah oleh para ulama diantaranya:
Menurut Al-zarqani ulumul Qur’an adalah beberapa pemahaman yang berhubungan dengan Ulum al Qur’an al Karim, dari segi turunnya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh dan mansukhnya, penolakan hal-hal yang bias menimbulkan keraguan padanya dan sebagainya.[1]
Menurut Manna alQaththan ulumul Qur’an adalah ilmu yang mencakup pembahasan- pembahasan yang berhubungan dengan Al Qur’an, dari segi pengetahuan tentang sebab- sebab turunnya, pengumpulan Al Qur’an an urut-urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat makkiyah dan madaniah, dan hal-hal lain yang ada hubungan dengan Al Qur’an.[2]
Kedua definisi di atas pada dasarnya sama, pada aspek pembahasannya, dan keduanya tidak membatasi dari segi pembahasannya, namun definisi yang pertama lebih luas cakupannya.
Dapat disimpulkan Ulumul Qur’an adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk Al Qur’an terkait informasi mengenai asbab an nuzul, kodifikasi dan tertib penulisan Al Qur’an, turunnya ayat dan lainnya terkait tentang Al Qur’an.
B.     Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an
Sejarah perkembangan Ulumul Qur’an yang paling dekat adalah latar belakang kegiatan dan perjuangan Nabi Muhammad saw. yang berlangsung 23 tahun di bawah bimbingan Al Qur’an. Al Qur’an dalam pengertian umum bukanlah sebuah buku, karena ia tidak pernah diformulasikan, melainkan diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad, sesuai dengan situasi yang menuntutnya.
Perjuangan Nabi Muhammad yang secara keseluruhan sudah terpapar dalam sunahnya, kita perlu memahami lingkungan pergaulan Arab pada masa awal penyebaran Islam karena aktivitas Nabi berada di dalamnya. Secara khusus perlu memahami situasi Makkah pra- Islam secara mendalam. Tanpa memahaminya maka kita tidak akan menangkap pesan-pesan al Qur’an secara utuh, jika hanya memahami Al Qur’an secara bahasa saja tanpa memahami konteks historinya. Al Qur’an harus dicerna dalam konteks perjuangan Nabi dan latar belakang perjuangannya. Oleh karena itu hampir semua literature yang berkenaan dengan Al Qur’an menekankan pentingnya Asbab an Nuzul.[3] Sejarah perkembangan Ulumul Qur’an dibagi dalam beberapa periode diantaranya:
1.      Periode Abad Pertama Dan Kedua
Periode ini merupakan cikal bakal Ulumul Qur’an. Pada masa Rasulullah, sahabat dapat merasakan langsung keindahan uslub – uslub bahasa arab yang tinggi dan memahami ayat-ayat yang terang dan jelas pengertiannya yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Apabila terjadi kemusykilan, mereka langsung bertanya kepada Beliau dan langsung di jawab. Para sahabat tidak perlu menuliskan ilmu – ilmu Al Qur’an karena segala sesuatu yang berhubungan dengan pemahaman, bacaan dan maksud Al Qur’an dapat ditanyakan langsung kepada Beliau. Pada zaman itu  juga alat –alat tulis tidak mudah mereka peroleh, dan ada larangan dari Rasulullah untuk menulis apa yang mereka dengar dari Beliau selain dari Al Qur’an, dikhawatirkan akan bercampur yang bukan Al Qur’an.
Kondisi masyarakat pada masa Rasulullah masih sederhana hanya seputar Makkah dan Madinah, sehingga problem mengenai al Qur’an belum banyak kendala. Hal ini berbeda jika wilayah Islam sudah menyebar luas maka akan timbul banyak problematika seputar  Al Qur’an, akan dibutuhkan penjelasan, tata cara membaca dan lainnya yangsemakin kompleks. Semakin luas wilayah penyebaran Islam maka akan terdapat beraneka ragam budaya sehingga menimbulkan perbedaan pemahaman Al Qur’an.
Pada masa Abu Bakar ra dan Umar ra., Al Qur’an disampaikan dengan cara talqin dan musyafahah dari mulut ke mulut. Sedangkan pada masa Usman penyebaran Islam berkembang sampai keluar bangsa arab, sehingga timbul bahasa-bahasa arab dan selain Arab (azam), dan banyaknya para penghafal Al Qur’an yang gugur di medan perang. Perbedaan dialek cara membaca Al Qur’an sudah mulai timbul sehingga usman mengambil tindakan dengan mengumpulkan para penghafal Al Qur’an dan segera membentuk panitia penulisan al Qur’an dengan menunjuk sekretaris Rasulullah Zaid bin Sabit menjadi ketua panitia pembukuan al Qur’an. Pembukuan Al Qur’an pada masa Usman dimotivasi karena terjadi perselisihan dalam cara membaca, terjadi perselisihan sehingga Usman memutuskan dalam penulisan Al Qur’an memperhatikan tulisan yang mutawatir, mengabaikan ayat yang bacaannya dinaskh dan ayat tersebut tidak dibaca kembali dihadapan Nabi pada saat terakhir, kronologis surat dan ayatnya berbeda dengan mushaf Abu Bakar, system penulisan mencakup qira’at yang berbeda sesuai dengan lafaz-lafaz Al Qur’an ketika diturunkan dan semua yang bukan Al Qur’an dihilangkan. Masa ini, untuk mengantisipasi teremarnya keistimewaan bahasa arab oleh bangsa Arab, ada tulisan-tulisan aslinya sebuah Al Qur’an yang disebut mushaf Imam. Dengan adanya penyalinan ini berarti Usman telah meletakkan dasar Ulumul Qur’an yang disebut rasm Al Qur’an atau Ilm al-rasm al-utsmani.[4]
Setelah proses pembukuan Al qur’an dikenal dengan Mushaf Usmani atau Al Mushaf di perbanyak dan segera dikirim ke kota- kota yang penduduknya Islam , satu mushaf disimpan di kediaman Usman kemudian dikenal dengan Mushaf Al Imam. Sedangkan naskah aslinya disimpan di rumah Hafsah, seorang janda Rasulullah yang kemudian diperintahkan untuk dibakar agar menghindari perbedaan mengenai Al Qur’an. Usman melarang membacaal Qur’an yang tidak bersumber dari Al Mushaf, tindakan ini merupakan awal perkembangan ilmu rasm al Qur’an.
Dimasa Ali ra. Terjadi perkembangan baru terhadap Al Qur’an karena melihat banyaknya umat islam yang berasal dari bangsa non arab, kemerosotan dalam bahasa arab dan kesalahan pembacaan Al Qur’an, ali menyuruh Abu Duali untuk menyusun kaidah –akaidah bahasa arab. Hal ini sebagai perintis lahirnya ilmu Nahwu dan I’rab al Qur’an.
Pada masa Rasulullah dan sahabat ulumul Qur’an belum dikenal sebagai ilmu yang berdiri sendiri dan ditulis, ada tiga factor yang mempengaruhi mengapa Ulumul  Qur’an tidak dibutuhkan pada zaman rasul dan sahabat. Pertama, kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar untuk memahami Al QUr’an dan Rasul dapat menjelaskannya. Kedua, para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis. Ketiga, adanya larangan rasul untuk menulis selain Al Qur’an.
Pada abad ke dua, Ulumul Qur’an berkisar seputar tafsir Al Qur’an yang dikenal sebagai kodifikasi pendapat-pendapat dari para sahabat dan tabi’in. periode ini para ulama member perhatian pada ilmu tafir karena fungsinya sebagai Umm Ulum Al-Qur’an (induk ilmu-ilmu al Qur’an). 
2.      Periode Abad Ke-3 Hijriah
Kitab Ulumul Qur’an pada abad ini mengenai asbab an nuzul, ilmu nasikh wa al mansukh, ilmu ma Nuzzila bi al makkah wama Nuzzila bi al Madinah. Tokoh ulama antara lain:
-          Muhammad Ibnu Khalaf ibn al-Murzuban (w.309 H), kitab al-Hawi fi Ulum Al Qur’an.
-          Abu Hasan Muhammad bin Qasim al-Anbary (w.328 H), Kitab Ulum al Qur’an.
-          Ali bin Ibrahim ibn sa’id al Hufi (w.330H) kitab I’rab Al Qur’an dan al Burhan fi Ulum Al Qur’an.
-          Pada abad inilah sebagai abad ditemukannya kitab ulum alQur’an sebagai disiplin ilmu jika berpedoman pada kitab al Burhan fi Ulum Al Qur’an. Karangan al Hufi sebanyak 30 jilid.

3.      Periode Abad Ke-4 Hijriah
Diantara kitab dan tokoh pengarangnya sebagai berikut:
-          Abu Bakar alBaqilany (w.403 H) kitab I’jaz al Qur’an.
-          Al Mawardy (w. 450 H) kitab amsal al Qur’an.
-          Abu amar al-Dany (w.444 H) kitab al Taisir bi al Qira’at al Sabi’I dan kitab al Muhkam fi al Nuqath.

4.      Periode Abad Ke -5 Hijriah Hingga Abad Ke 14 Dan Masa Kini
Diantara kitab dan tokoh pengarangnya sebagai berikut:
-          Abu Al Qasim Abd al Rahman atau al Suhaili (w.581 H) kitab Mubhanah al Qur’an.
-          Ibnu Jauzy (w.597 H ) kitab funun al Afnan fi ‘Ajaib ulum al Qur’an.
Periode abad ke -6-7 hijriah
-          Ibn Qayyim (w.751 H) kitab Aqsam al Qur’an.
-          Ibn Abd al Aalam (w.660 H) kitab mazas al Qur’an
Periode abad ke 8-9 hijriah
-          Jalaludin al Balqiyany (w.824 H) kitab Mawaqi’ al Ulum min mawaqi’ al Nujum.
-          Jalaludin al Suyuthy (w.911 H) kitab al Itqan fi Ulum al Qur’an.

Periode abad ke 13-14 hijriah dan masa kini
-          Jamaludin al Qasimy (w.1332 H) kitab Mahasin al Takwil
-          Muhammad al Ghazali, kitab Nazharat fi Al Qur’an
-          Muhammad Rasyid Ridha, kitab Tafsir al Qur’an dan al Hakim terkenal dengan tafsir al Manar.[5]
-          T.M Hasbi As Syiddieqy buku Ilmu-ilmu Al Qur’an
-          Quraish Shihab Buku Membumikan Al Qur’an.

C.    Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur’an
Ulumul Qur’an aalah suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Meliputi semua ilmu yang terkait dengan Al Qur’an, baik berupa ilmu agama seperti ilmu tafsir maupun ilmu – ilmu bahasa arab seperti balaqhah an I’rab al Qur’an.
Ash Sidieqy memandang segala pembahasan Ulumul Qur’an kembali paa beberapa pokok persoalan yaitu:
1.      Persoalan nuzul (makkiah , madaniah, Hadhariah, syafariyah, Nahariah, syatiiah, shaifiah dan Firasyiah). Menyangkut sebab turun, mula –mul turun, terakhir turun, berulang- ulang, turun terpisah, turun sekaligus yan pernah diturunkan kepada seorang Nabi dan yang belum pernah turun sama sekali.
2.      Persoalan sanad (mutawatir, ahad, syaz, bentuk qira’at Nabi, periwayat dan penghafal qur’an dan cara penerimaan riwayat.
3.      Persoalan ada’ al qira’ah : waqaf (cara berhenti), ibtida (cara memulai), imalah, madd (bacan panjang), takhfif hamzah (meringankan bacaan hamzah), idghom (memasukan bunyi huruf yang sakin kepada bunyi huruf yang sesudahnya).
4.       Pembahasan yang menyangkut lafal al Qur’an : gharib (pelik), mu’rab (penerima perubahan akhira kata), majaz , musytariq (lafal yang mengandung lebih dari satu makna) muradif (sinonim), isti’arab (metaphor) tasbih (penyerupaan).
5.      Persoalan makna Al Qur’an  yang berhubungan dengan hukum yaitu ayat ‘amm (umum), nash, zhahir, mujmal (global), mufashshal ( dirinci) dll.
6.      Persoalan makna al Qur’an yang berhubungan dengan lafal : fashl (pisah), washl (terhubung), ijaz (singkat), ithnab ( panjang), musawah (sama) dan qahr (pendek).[6]
Demikianlah luasnya ruang lingkup Al Qur’an sehingga sebagian ulama menjadikannya luas tak terbatas.

D.    Cabang- cabang Pokok Pembahasan Ulumul Qur’an.
Istilah Ulum al Qur’an dicetuskan oleh Ibnu Marzuban (w.309 H) abad ke 3 H. hal ini disampaikan oleh Subhi shalih dan pembagian Ulum Al Qur’an menjadi dua: Ilmu Riwayah dan Ilmu Dirayah. Cabang cabang Ulumul Qur’an cukup banyak diantaranya sebagai berikut:
1.      Ilmu adab tilawah Al Qur’an (aturan membaca al Qur’an)
2.      Ilmu Tajwid ( cara membaca Al Qur’an)
3.      Ilmu Fawathin Al nuzul, menerangkan tempat, musim, awal dan akhir turunnya ayat.
4.      Tawarikh Al Nuzul (masa dan urutan turunnya ayat)
5.      Ilmu asbab an Nuzul (sebab – sebab turunnya ayat)
6.      Ilmu Qira’at (ragam bacaan al Qur’an)
7.      Ilmu Gharib Al Qur’an ( makna kata –kata ganjil)
8.      I’rab Al Qur’an (harakat Al Qur’an)
9.      Ilmu Wujuh wa al Nazha’ir (kata al Qur’an yang mempunyai makna lebih dari satu).
10.  Al Muhkam al Mutasyabih ( menerangkan ayat-ayat yang dipandang muhkam dan mutasyabih)
11.  Nasikh dan la mansukh
12.  Badai’u al Qur’an ( keindahan susunan bahasa Al Qur’an)
13.  I’jaz  Al Qur’an (segi kekuatan Al Qur’an sebagai mukjizat).
14.  Tanasub ayat Al Qur’an (penyesuaian antara suatu ayat dengan ayat yang sebelumnya).
15.  Aqsam Al Qur’an (sumpah al Qur’an)
16.  Amtsal Al Qur’an ( perumpamaan Al Qur’an)
17.  Jadal Al Qur’an (Perdebatan)[7]
18.  Qashash Al Qur’an ( kisah-kisah)
Ulumul Qur’an memiliki cabang- cabang yang cukup banyak menurut ulama karena keluasan substansi al Qur’an sendiri.








BAB II
PENUTUP

Al Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup umat manusia agar selamat hidup di dunia dan akhirat. Ulumul Qur’an adalah ilmu  ilmu Al Qur’an, yaitu ilmu yang mempelajari seluk beluk Al Qur’an agar dapat dengan mudah difahami oleh umat Islam sehingga kandungan Al Qur’an dapat direalisasikan dalam kehidupan. Ulumul qur’an merupakan kumpulan berbagai disiplin ilmu yang tertulis pada intinya berkaitan dengan ilmu agama dan bahasa arab. Namun berkaitan dengan ayat- ayat kauniah dan perjalanan bulan dan bintang diperlukan ayat –ayat tertentu dalam memahaminya seperti pengetahun kosmologi dan astronomi.  Oleh karena itu Ulumul Qur’an mempunyai ruang lingkup yang luas dan dalam sejarahnya selalu mengalami perkembangan. Ilmu ini kadang disebut Ushul al Tafsir sehingga sangat penting harus diketahui oleh seorang mufasir sebagai landasan dalam menafsirkan Al Qur’an.









DAFTAR PUSTAKA
Al Zarqani Muhammad Abd al ‘Azim, Manahil al-“Irfan fi Ulum Al Qur’an, Jilid I, ar al-Fikr, Beirut 1988,.
AL-Qaththan, Manna, Mahabbits fi Ulum Al Qur’an. Al Syarikah al-Muttahidah li al-Tauzi’, Beirut, 1973.
Ash-shidieqy,T.M. Sejarah dan Pengantar Ilmu al QUr’an /Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta,1972.
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, CV Karya Abditama, Surabaya, 1997.
Rosihon Anwar, Ulum AL Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2004.
Rosihon Anwar, Ulum Al Qur’an. Pustaka Setia. Bandung.2000.



[1] Al Zarqani Muhammad Abd al ‘Azim, Manahil al-“Irfan fi Ulum Al Qur’an, Jilid I, ar al-Fikr, Beirut 1988,h.27.
[2] AL-Qaththan, Manna, Mahabbits fi Ulum Al Qur’an. Al Syarikah al-Muttahidah li al-Tauzi’, Beirut, 1973,h.15-16.
[3] Rosihon Anwar, Ulum Al Qur’an. Pustaka Setia. 2000. Bandung. H. 59.
[4] Al Zarqani Muhammad Abd al ‘Azim, Op.Cit.,h.30
[5] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, CV Karya Abditama, Surabaya, 1997, h.29-30
[6] Ash-shidieqy,T.M. Sejarah dan Pengantar Ilmu al QUr’an /Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta,1972,h.103-104.
[7] Rosihon Anwar, Ulum AL Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2004,h.16-17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar